Kegelisahan Bunga Akan Memicu Pelemahan Selanjutnya
Ketidak-pastian seputar seberapa besar lagi suku bunga akan menguat, akan menjaga pasar saham tetap lemah di jangka pendek, seraya sejumlah bank sentral utama bermaksud menekan naik bunga pinjaman untuk menjaga inflasi terpantau. Yang menjadi sorotan agenda ekonomi pekan ini adalah pernyataan dagang semester pertama dari bank Inggris HBOS Plc dan Alliance & Leicester juga di Amerika Serikat, pendapatan kuartal dari bank investasi Lehman Brothers dan Goldman Sachs.
Data industrial output bulan April di hari Selasa dan angka inflasi bulan Mei di hari Kamis akan menjadi kunci untuk mengetahui gambaran makro ekonomi zona eropa. Para investor di seluas dunia akan memantau retail sales A.S bulan Mei di hari Rabu, harga produsen bulan Mei hari Kamis termasuk harga konsumen bulan Mei, industrial production Mei dan sentimen konsumen bulan Juni di hari Jumat. Pakar ekuiti menyebutkan kegelisahan pasar fixed-income kembali akan menjadi fokus bagi para investor saham.
Tingginya suku bunga menyebabkan naiknya biaya keuangan perusahaan, melukai pendapatan, serta akan menguapkan aktivitas takeover oleh kelompok ekuiti swasta terbesar – membalikan kuatnya reli pasar ekuiti baru-baru ini, yang berdasarkan pada pesatnya pertumbuhan laba perusahaan dan aktivitas merger and acquisitions (M&A).
Arah Haluan Moneter
Bank Sentral Eropa (ECB) telah menaikkan bunga utamanya ke level tinggi sekitar enam tahun pekan lalu dan mengisyaratkan pengetatan selanjutnya akan muncul. "Ketakutan kebijakan moneter menjadi terlalu ketat terlihat seraya adanya pergerakan utama dibalik aksi jual pasar saham selama beberapa hari lalu," kata HVB Equity Research. "Seiring arah haluan yang muncul dari sisi moneter dengan jelas meningkat, perjalanan diperkirakan menjadi lebih kasar," ungkap HVB.
Namun Royal Bank of Scotland melihat kuatnya pertumbuhan ekonomi akan menuntun pada kenaikkan Fed di akhir tahun dan awal tahun 2008. Di Eropa, prospek untuk berlanjutnya kesehatan pertumbuhan ekonomi membuat ECB kuatir pada tekanan inflasi, dan Societe Generale memper- kirakan bahwa ini akan menuntun pada kenaikkan bunga ke 4.5 persen di akhir tahun-2007 dan 5 persen di akhir-2008. Para investor ekuiti akan bergegas untuk membongkar perusahaan terhadap meningkatnya fundamental ekonomi Eropa, khususnya menguatnya permintaan domestik dan konsumsi swasta, menurut Merrill Lynch.
Watanabe Belum Melihat Resiko Perubahan Carry Trades
Petinggi ternama Jepang, Hiroshi Watanabe, mengatakan belum akan ada resiko lebih cepat investor akan membuang aset yang didanai oleh pinjaman yen dan penguatan mendadak pada valuta asing. ``Ukuran carry trades yang akan berubah relatif kecil dibandingkan seluruh pasar valuta asing,'' kata Watanabe, wakil menteri keuangan untuk hubungan internasional dalam pidatonya di forum Euromoney di Tokyo. ``Saya kira carry trades belum mendorong resiko perubahan tiba-tiba, namun kami masih perlu memonitor kondisi ini.''
Yen pada 5 Juni menyentuh rekor rendahnya terhadap euro 164.61 dan turun 5.8 persen terhadap dollar selama tahun lalu karena investor meminjam mata uang dengan bunga terendah di negara industri untuk membeli aset dengan yield lebih tinggi, dikanal sebagai carry trades. Suku bunga Bank Jepang adalah 0.5 persen. Akhir carry tades telah menyebabkan valuta asing bergoncang sebelumnya. Yen, yang melemah selama bertahun-tahun, melambung 20 persen kurang dari dua bulan karena investor yang meminjam dana murah pada valuta asing buru-buru keluar.
Sepekan Saham Asia – Cemas, Fokus Pada Suku Bunga
Pasar saham Asia sepertinya cenderung bertahan minggu ini karena investor terus memperhatikan yield obligasi global, yang mengalami kenaikan tajam karena kekhawatiran pada suku bunga dunia yang memiliki prospek lebih tinggi. Tinginya yield membuat obligasi relatif menarik untuk saham dan mengangkat bunga pinjaman jangka panjang untuk perusahaan, faktor yang dapat mendorong investor saham mengunci beberapa reli yang dipicu pasar Asia lainnya ke rekor tingginya.
Yield obligasi melonjak setelah kenaikan bunga mengejutkan di Selandia Baru pada 7 Juni – sehari setelah Bank Sentral Eropa mengangkat bunga untuk menahan inflasi. Diikuti oleh peringatan resiko inflasi dari Ketua Fed Ben Bernanke dan kuatnya rangkaian data AS yang mengubur harapan pemotongan suku bunga AS tahun ini. "Jika yield terus bergerak naik ... pada dasarnya ini berarti anda bisa melihat perubahan alokasi asset dari saham ke investasi tetap," kata Binay Chandgothia, kepala investasi di Principal Asset Management.
Namun dengan sehatnya ekonomi global dan solidnya kenaikan laba, turunnya pasar saham bisa meneguhkan penurunan sementara waktu. "Sedangkan suku bunga bisa naik lebih tinggi di beberapa Negara termasuk Australia, mereka jauh dari level terancam," kata Shane Oliver berbasis di Sydney, kepala strategi investasi di AMP Capital Investors.
Di Jepang : Saham-saham akan memperhatikan petunjuk dari rangkaian indikator ekonomi, termasuk revisi data GDP Q1, selama minggu ini. Investor kemungkinan juga memperhatikan hasil dan pertemuan kebijakan Bank Jepang yang berakhir hari Jumat, kata Hiroyuki Fukunaga, kepala strategist di Rakuten Securities. "Jika Bank Jepang menyebutkan kenaikan bunga, pasar saham bisa bergerak turun," katanya. Indeks Nikkei kemungkinan bergerak antara 17,500 dan 18,000, kata Fukunaga.
Di Korea : Saham-saham bisa terus tertekan dari level rekornya di tengah kekhawatiran reli pada pasar global kemungkinan berakhir karena suku bunga dunia menanjak. Analis juga memperhatikan level teknikal, dengan indeks utama naik sekitar 20 persen tahun ini. Namun perdagangan kemungkinan volatile menjelang tiga perubahan di hari Kamis atau berakhirnya option saham, indeks option saham dan futures indeks saham secara simultan. "Apakah kita akan melihat koreksi yang berkesinambungan pada pasar global adalah kuncinya," kata Jason Hwang, strategist di Woori Investment dan Securities. "Saya kira setidaknya terjadi minggu depan, kita akan berada pada pertengahan bentuk penurunan."
Di Hong Kong : Investor kemungkinan gugup melihat saham-saham AS – namun melihat optimisme membuat Hong Kong sepertinya cukup bagus kendati Wall Street turun. "Hong Kong cukup kuat, namun jika kita melihat adanya penurunan di AS, maka akan menjadi Senin kelam," kata Jackson Wong, seorang manager investasi di Tanrich Securities.
No comments:
Post a Comment