Monday, March 26, 2007

Kasus Penipuan Investasi, SPI Gelapkan Uang Nasabah Rp 2 T

26/03/2007 03:02:40 WIB JAKARTA, Investor Daily
Praktik bank gelap dengan iming-iming keuntungan tinggi kembali menelan korban. Puluhan perwakilan nasabah dan karyawan PT Sarana Perdana Indoglobal (SPI), Minggu (25/3), melaporkan pasangan suami istri, Leo S dan Riva, ke Polda Metro Jaya. Pemilik perusahaan berkedok investasi itu diduga telah menggelapkan dana nasabah hingga Rp 2 triliun.
SPI bergerak di bidang jasa investasi dan valuta asing dengan kantor pusat di Gajah Mada Plaza, Jakarta Barat. Kepada para nasabah, perusahaan itu menawarkan imbal hasil 15% per tahun atau di atas rata-rata kupon surat utang negara (SUN) mencapai 10%, bunga SBI 9%, dan deposito 6-8%.
Perusahaan yang sudah beroperasi lebih dari tiga tahun itu memiliki kantor cabang di sejumlah kota besar, antara lain Semarang, Bandung, Surabaya, dan Medan. Kantor cabang di Bandung berlokasi di Jln Pasar Kaligi dengan menyewa tiga unit ruko.
Seorang staf pemasaran SPI yang enggan disebut identitasnya menduga Leo dan Riva telah kabur ke luar negeri sejak minggu lalu. “Uang nasabah yang dibawa kabur bisa mencapai Rp 2 triliun dan ribuan nasabah tertipu,” ujar dia kepada Investor Daily di Polda Metro Jaya, Minggu (25/3).
Petugas jaga Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polda Metro Jaya mengakui telah menerima laporan dugaan penipuan dan penggelapan uang di PT SPI. Petugas SPK telah membuat laporan itu dalam berita acara pemeriksaan (BAP) dan langsung diserahkan ke Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Laporan itu bernomor 1245/K/III/2007/SPK III tertanggal 25 Maret 2007.
Saksi pelapor adalah Dirut SPI Syafri bersama sejumlah nasabah dan beberapa kepala cabang SPI. “Karena saksi dari masing-masing pelapor dan nasabah cukup lengkap, kasusnya langsung ditangani oleh Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Jadi, sebaiknya Anda berkoordinasi dengan mereka,” ujar petugas yang enggan disebut namanya itu.
Sebelum melaporkan kasus tersebut ke Polda Metro Jaya, nasabah dan manajemen SPI bertemu di Restoran Golden Times, Sunter, Jakarta Utara. Lebih dari 100 orang nasabah menghadiri acara itu. Namun, para nasabah dan karyawan SPI enggan menjelaskan kasus itu secara rinci.
Bahkan, ketika Investor Daily memasuki ruang pelaporan SPK, seorang perempuan setengah baya meminta Investor Daily segera keluar. “Kami tidak mau kasusnya disebarluaskan kepada publik dan kami sudah meminta penyidik untuk merahasiakannya. Jadi, sebaiknya Anda keluar,” ujar dia.
Kasus SPI menambah panjang daftar penipuan dana nasabah berkedok investasi. Pada akhir 2006, kasus serupa menimpa sekitar 5.000 nasabah PT InterBanking Bisnis Terencana (Ibist). Perusahaan yang berkantor di Bandung dan Semarang itu menangguk dana Rp 224 miliar.
Memasuki 2007, sekitar 10.000 nasabah di Surabaya melaporkan PT Wahana Bersama Globalindo (WBG) yang diduga menggelapkan dana hingga Rp 3,5 triliun. WBG mengaku sebagai kepanjangan dari Dressel Investment Ltd yang menawarkan produk Strategic Portfolio Management Scheme (Sportmans) dan Global Markets Portfolio (GMP) dengan imbal hasil (yield) 24%-28% per tahun dan investasi minimum US$ 5,000 atau kelipatannya.
Sebelum Ibist dan WBG, ada kasus PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) dan PT Add Farm yang berkedok investasi penggarapan lahan agribisnis. Kedua perusahaan itu berhasil meraup dana Rp 1,1 triliun.

FOKUS PASAR PEKAN INI

Inflasi Merupakan Kunci Bagi Prospek Bunga Global
Menguatnya tekanan inflasi yang menjadi favorit Federal Reserve minggu ini akan melukai masalah pemangkasan bunga A.S, sementara di zona eropa pesatnya harga serta data sentimen akan memicu pembicaraan kenaikkan bunga selanjutnya. Para investor juga akan waspada merah terhadap putaran baru atas keengganan resiko dan volatilitas pasar setelah hampir sebulan perdagangan gelisah saat matauang dan obligasi setidaknya mengambil petunjuk dari pasar ekuiti, sehingga menekan fundamental ekonomi ke kursi belakang. Namun suasana pasar ini kemungkinan akan memantau rilisan Jumat depan yaitu personal consumption expenditure A.S untuk Pebruari, ukuran inflasi dari Fed. Tingginya inflasi bisa membuat ini lebih berat bagi Fed untuk menjaga mendorong perkemba- ngan pemotongan bunga dari 5.25 persen.

Pimpinan Fed Ben Bernanke akan menyoroti pemikiran bank sentral pada perjamuan siang di Washington hari Jumat. "Satu dari hal-hal terpenting untuk pasar adalah mencoba penanganan yang lebih baik pada tujuan kebijakan Fed," ujar kepala ekonom Bear Stearns, David Brown. "Ada potensi fluktuasi suku bunga bergantung pada pidato Fed dan rilisan PCE," tambahnya. Inflasi inti PCE diperkirakan turun ke 0.2 persen dari 0.3 persen di Januari. Sinyal atas melambatnya pertumbuhan A.S dapat muncul dari penjualan rumah baru hari Senin, data new orders dan durable goods hari Rabu dan angka revisi pertumbuhan GDP hari Kamis.

Kenaikkan Bunga Di Eropa
Melambatnya ekonomi terbesar dunia kemungkinan akan terserap ke dalam lemahnya permintaan untuk eksportir dan bisa memiliki konsekuensi di negara lain. Sentimen bisnis bulan Maret di zona eropa, khususnya indeks Ifo Jerman hari Selasa, akan dirasakan sebagai sinyal penurunan termasuk bagaimana perusahaan Eropa mengatasi tingginya bunga dan euro yang relatif kuat. "Bila Ifo kembali kuat, sesuai perkiraan kami, itu dapat memberi kepercayaan besar bahwa ECB akan menuju 4 % karena saat ini pasar tidak yakin sama sekali," kata Tim Drayson, ekonom global ABN AMRO.

Sepekan Saham Asia – Pasar Kemungkinan Kuat Setelah Rebound
Setelah sepekan didorong oleh tingkat kepercayaan yang melihat saham Cina daratan mencapai puncak baru, saham-saham Asia tampaknya melanjutkan kenaikannya di sesi mendatang, dengan tidak mengikutisertakan kekhawatiran baru pada ekonomi AS. Rangkaian data di Amerika Serikat, pasar utama Asia, dari New Home Sales untuk Pebruari sampai GDP kuartal keempat dan consumer sentiment Maret akan menjadi fokus dalam minggu ini. Di Hong Kong, pendapatan perusahaan akan menjadi perhatian dengan CNOOC Ltd., perusaham minyak dan gas utama Cina Unicom Ltd, diantaranya menjadi perhatian utama yang akan merilis laporan.

"Sementara saham-saham telah mengalami perbalikan arah yang besar dari penurunan masa koreksi, masih ada resiko gejolak jangka pendek di depan," kata Shane Oliver, kepala strategi investasi berbasis di Sydney di AMP Capital Investors. Ketidakpastian pertumbuhan AS dan global kemung- kinan untuk sementara masih membayangi dan krisis pasar hipotek AS terus belanjut, katanya. Saham utama MSCI di Asia Pasifik naik sekitar 3 %, didorong penyataan dari The Fed, yang dirasa investor kurang menggigit dibandingkan sebelumnya. Pasar mengukur hanya 2 % perubahan dari rekor tinggi pada 27 Peb dan kira-kira 5 persen di atas level rendahnya pada 5 Maret, setelah aksi jual besar-besaran pada saham Cina daratan pada 27 Peb menimbulam gejolak pada pasar global.

Di Jepang : Indeks Nikkei diperkirakan tetap menjaga pemulihan setelah mencatat level tinggi tiga tahun di hari Jumat, karena investor merubah fokus mereka dari masalah subprime hipotek AS ke peningkatanan pendapatan korporat menjelang penutupan buku di Maret. Tertahannya rebound yen terhadap dollar juga mengurangi kecemasan pada penguata valuta yang kemungkinan menekan eksportir Jepang, mendukung harga saham.

Namun kenaikan akan terbatas, karena investor enggan membeli saham secara aktif sebelum awal tahun bisnis di April. Rangkaian data ekonomi, termasuk U.S. home sales dan produksi industri Jepang, kemungkinan juga menambah kekhawatiran investor. "Pasar keluar dari bentuk koreksi, dan sentimen investor kemungkinan meningkat secara gradual," kata Kenji Kobata, direktur managing di departemen riset Ace Securities. Indeks Nikkei kemungkinan bergerak antara 17,300-17,700 minggu depan, katanya.

Di Korea : Saham-saham kemungkinan mencoba rekor 1,471.04 poin disentuh pada 23 Peb karena resiko besar yang menggoncang pasar global sebelumnya bulan ini, mulai berkurang, dan investor melihat aksi beli pada sektor seperti perbankan dan pembuat baja diperkirakan mencatat laba yang solid. Akan tetapi, perdagangan kemungkinan volatile, dengan investor masih khawatir pada ekonomi AS dan memperhatikan perusahaan yang akan memulai laporan di April. "Karena pasar dalam tren naik, ada peluang menyentuh level tinggi sepanjang sejarah minggu depan. Namun seberapa cepat kita kondisi rebound, kemungkinan tidak terjadi kenaikan yang besar," kata Kim Hak-kyun, seorang analis di Korea Investment dan Sekuritas.

Di Hong Kong : Investor berharap meningkatnya pendapatan mengejutkan di hari-hari mendatang karena Hong Kong melanjutkan sesi laporan mengikuti hasil pendapatan sepekan yang mix. "Pasar kemungkinan terus digerakkan oleh pendapatan," kata Andy Lam, direktur asosiasi di Harris Fraser (International). "Hasil laporan blue chip sesuai perkiraan, namun saham relasi Cina naik lebih besar. Saya memperkirakan tren berlanjut."

Peluang Potong Bunga Fed 30 Persen, Turun Dari 50 Persen Setelah Fed
Dollar bergerak stabil terhadap euro dan yen, menjaga penguatan sesi sebelumnya karena penilaian Fed kemungkinan menjaga suku bunga untuk sementara. Investor melihat perubahan sebagai sinyal bahwa pemotongan bunga kemungkinan sudah dekat, jual dollar terhadap mata uang utama dan mendorong mata uang dollar ke level rendahnya terhadap euro. Namun mereka segera menimbang bahwa Fed kemungkinan tidak terburu-buru untuk memangkas bunga dan dollar kemungkinan jenuh jual, karena bank sentral AS juga menyatakan kembali inflasi masih menjadi perhatian utama.
"Fed mengubah pernyataan bias menjadi netral, hanya itu," kata Nobuo Ibaraki, manajer forex di Nomura Trust dan Banking. "Pernyataan tidak berarti menunjukkan pemotongan bunga, sedangkan menyebutkan kekhawatiran inflasi." Futures suku bunga jangka pendek mengantisipasi 30 persen peluang pemotongan bunga akhir Juni, turun kira-kira 50 persen setelah penyataan Fed hari Rabu. Trader mengatakan beberapa dealer membukukan laba pada euro setelah mata uang tunggal ini pulih kira-kira tiga perempat poin dari pelemahan tajam yang dibuat di tengah investor yang menghindari aset beresiko tiga pekan lalu. Aksi jual besar-besaran pada saham global mendorong investor memangkas aset beresiko, mendorong aksi beli agresif yen terhadap euro dan mata uang lainnya.