Monday, October 1, 2007

FOKUS PEKAN INI

Perhatian Masih Kepada Tekanan Kredit Dan Suku Bunga

Para investor akan berhati-hati atas sinyal bagaimana bank mengatasi tekanan kredit dan bagaimana ini mempengaruhi ekonomi riil, menurut para strategists dalam menelaah minggu ini dengan minim- nya berita korporat di agenda. Kalender data ekonomi, di sisi lain, berisi sejumlah indikator vital untuk dipantau dan kebijakan moneter juga akan menjadi kunci dasar terkait Bank Sentral Eropa dan Bank Inggris bertemu – keduanya hari Kamis – untuk putuskan suku bunga. Prospek untuk partum- buhan ekonomi, penggerak atas prospek pendapatan korporat, akan berimbas pada pasar saham.

"Bila kondisi ekonomi secara umum memburuk, laba perusahaan akan mendapat pukulan besar," kata Societe Generale dalam catatan riset lintas-aset. "Ada peningkatan resiko bahwa krisis pasar kredit jatuh masuk ke dalam ekonomi riil," katanya. Menunjukkan kekhawatiran yang sama, LandesBank Berlin (LBB) menyebutkan ada sikap skeptis seputar prospek pasar saham jangka pendek. Tema yang di sorot untuk agenda ekonomi makro pekan ini adalah ISM-manufaktur A.S hari Senin dan non-farm payrolls A.S hari Jumat. Sederet indikator zona eropa juga tersedia.

Baik ECB maupun BoE diperkirakan luas oleh analis akan membiarkan suku bunga tetap unchange, namun pemerhati pasar akan mengkaji komentar penyerta sebagai petunjuk seputar arah dari potensi perubahan kebijakan moneter mendatang. "Kami perkirakan ECB akan menjaga sikap wait-and-see," kata Commerzbank. "Ini akan menjaga pilihannya terbuka untuk kenaikkan suku bunga selanjutnya di kemudian hari," katanya, ECB sebenarnya menginginkan "fakta besar" terkait efek dari krisis pasar uang pada ekonomi riil sebelum memutuskan perubahan berikutnya.

Dollar Diperkirakan Melemah Lagi

Dollar diperkirakan akan terus menembus rekor rendah selama pekan ini, seiring para investor fokus pada laporan tenaga kerja bulan September sebagai petunjuk tambahan atas lambatnya ekonomi A.S dan potensi menurunnya suku bunga. Dollar mendapat tekanan jual selama bulan September setelah laporan yang memaparkan besarnya pelemahan pada pasar tenaga kerja bulan Agustus, dan investor khawatir sang greenback akan mengikuti skenario yang sama di Oktober bila sinyal masalah di dalam pasar kredit masuk kembali ke dalam ekonomi riil.

Sepekan Saham Asia – Rekor Minyak, Lemahnya Dollar Ancam Pergerakan

Kondisi reli di pasar saham Asia dapat kehilangan tenaga seraya pertengahan-Oktober merupakan awal dari laporan pendapatan perusahaan lintas regional, sementara bagi investor ini sulit untuk mengabaikan resiko atas rekor harga minyak dan lemahnya dollar. Kuatnya pertumbuhan ekonomi dalam negeri serta prospek pemangkasan suku bunga A.S selanjutnya telah memicu gain di wilayah, seiring MSCI Asia diluar-indeks saham Jepang, menyentuh rekor gain sekitar 12 % di September, bulan terkuatnya dalam delapan tahun.

China, sejauh ini menjadikan sektor eksport sebagai fokusnya, masa liburan dalam minggu panjang berpotensi untuk dijadikan momentum di pasar terutama Hong Kong dan Korea Selatan. "Kenaikan index terlalu jauh, pasar modal terlihat sepi dan kami akan fokus pada laporan pendapatan.

"Harga minyak yang membumbung menjadi fokus utama bagi pasar modal, dan melemahnya dollar tidak baik terhadap pertumbuhan sektor export." Para investor saat ini benar-benar berhati-hati mengantisipasi koreksi tajam jangka pendek dan memang tidak dapat dihindari" ujar Gajendra Nagpal, kepala analis Unicon Financial Intermediaries di Bangalore, India.

Di Jepang: Indeks masih terlihat naik setelah kosentrasi pasar pada ekonomi dalam negeri yang sebelumnya pada performa kurang baik, namun kita dihadapkan pada sesi laporan keuangan untuk bulan Oktober. "Sangat mungkin terjadi aksi ambil untung pada minggu ini setelah kenaikan dalam beberapa minggu terakhir, namun bukan tidak mungkin index masih dapat untuk mencoba kenaik kanya," ujar Hiroichi Nishi, general manager pada Nikko Cordial Securities. Nishi memperkirakan bahwa Nikkei bergerak dalam range antara 16,300 hingga 17,200 poin.

Di Korea: Kenaikan yang terjadi di pasar saham Seoul akan mengalami pelambatan menjelang laporan pendapatan dari beberapa perusahaan di pertengahan October ini, walau terjadi pelambatan data ekonomi dalam minggu ini, termasuk data sector export bulan September. Agenda Pertemuan antara korea utara dan selatan yang terjadi setelah lebih dari 50 tahun terakhir terlihat turut memberi dampak ke pasar modal, walau sektor yang terkait dengan korea utara terpengaruh positive. Contohnya perusahaan yang merupakan komponen Hyundai Group, yang menjalankan aktivitas bisnisnya di sektor pariwisata korea utara, seperti Hyundai Merchant Marine Co sahamnya naik.

Di Hong Kong: Transaksi terlihat dalam kondisi pasar sedikit sepi menjelang masa liburan hari senin, dengan minimnya data dari beberapa perusahaan property China karena event liburan Golden Week. Setelah index berhasil mencapai rekornya, para investor cenderung melakukan aksi mabil untung. "tidak banyak aktivitas pada minggu ini; level konsolidasi sangat memungkinkan," ujar Antony Mak, director pada DBS Vickers.

Analisa - Dollar A.S Terpuruk, Namun Kemungkinan Tidak Ada Intervensi

Bank sentral tidak cukup siap menopang pelemahan dollar AS, namun bisa berubah jika inflasi naik, investor menghindari aset AS dan melambatnya ekonomi AS mulai menyeret pertumbuhan ekonomi dunia. Sejauh ini tidak terjadi terlalu cepat, melemahnya dollar pastinya merupakan keingingn Washington karena mendorongn ekspor AS dan mempersimpit besarnya defisit current account.

Juga, intervensi di pasar uang akan mengurangi usaha AS untuk mendesak China mengambangkan mata uang, yuan, lebih bebas, sehingga dapat mengatasi ketidakseimbangan global antara perdagagagan besar dan defisit neraca berjalan dan surplus. "Tampaknya dipahami bahwa pelemahan dollar bukanlah hal buruk, karena ketidakseimbangan perdagangan dan ekonomi AS yang relatif lemah sampai sisa tahun," kata Tony Crescenzi, kepala strategist obligasi pasar di Miller, Tabak & Co. di New York. "Saya melihat belum perlu untuk melakukan invervensi saat ini."

Dollar melemah ke rekor rendahnya terhadap euro selama enam hari secara beruntun, dan menyentuh level rendah sepanjang sejarah terhadap mata uang utama. Pelemahan dollar dipicu oleh pemotongan bunga pekan lalu untuk mendorong ekonomi mulai bertumbuh akibat memburuknya pasar perumahan dan masalah kredit karena kerugian pada mortgages AS. "Pembuat kebijakan kembali fokus pada pelemahan dollar, the Fed masih khawatir pada inflasi, Perancis yakin euro overvalued dan bahkan kementerian Jerman memberi perhatian pada hal ini," kata Mansoor Mohi-Uddin, direktur strategy valas London.