Monday, March 12, 2007

FOKUS MINGGU INI

Inflasi A.S, Data Ritel Menjadi Sorotan
Data inflasi Pebruari A.S dan retail sales akan mendominasi pasar minggu ini seiring kekuatiran investor memudar tajam bahwa ekonomi terbesar dunia berada pada pijakan kuat setelah lemahnya data belakangan ini. Negara Swiss dan Norwegia diperkirakan menaikkan suku bunga minggu ini sementara para petinggi bank sentral dari negara industri dan berkembang akan bertemu di Basel, Swiss untuk memberi ulasan regular pada ekonomi global. Pasar saham dunia stabil pekan lalu setelah terjadi aksi jual, dipicu oleh kekuatiran seputar kemungkinan resesi di A.S, tajamnya penurunan saham Cina serta ketakutan atas berkurangnya carry trades yen yang beresiko. Para investor giat untuk menaksir data A.S, khususnya harga konsumen, guna melihat apakah Federal Reserve perlu untuk memangkas suku bunga, sesuai penilaian di pasar suku bunga.

Namun ekspektasi berkurang setelah laporan tenaga kerja A.S. hari Jumat – satu dari catatan awal terbaiknya atas sehatnya dan petunjuk arah dari ekonomi A.S – menunjukkan bahwa ekonomi bertambah 97,000 pekerja di Pebruari, angka terkecil lebih dari dua tahun. "Secara kritis pasar akan memantau sejumlah ketenangan bahwa pertumbuhan A.S berada di pijakan kuat, sehingga ini akan mencari indikasi dari retail sales dan angka produksi industri," ungkap kepala ekonom Eropa Bear Stearns, David Brown. Petinggi Fed mengatakan mereka memperkirakan inflasi akan moderat dari level-level yang mereka yakini naik, namun ditambahkan bahwa mereka siap untuk menaikkan suku bunga guna menurunkan tekanan inflasi bila diperlukan.

Fokus Ke Bisnis Jerman, Data Inggris
Di zona eropa, pasar akan memantau cermat survei terakhir dari indeks sentimen bisnis ZEW Jerman di ekonomi terbesar kawasan untuk konfirmasi apakah lonjakan akan berlanjut di Pebruari. Reaksi pasar belakangan ini juga akan berdampak pada pemunculan survey analis keuangan ZEW. Catatan final dari data inflasi euro zone bulan Pebruari juga dirilis minggu ini dengan analis melihat adanyakenaikkan di dalam core inflasi yang akan menjadi dasar persepsi European Central Bank (ECB) atas pengetatan suku bunga.

Kamis lalu, ECB menaikkan suku bunga 25 basis poin ke 3.75 persen sesuai perkiraan namun menunjukkan bahwa bunga mungkin mendekati akhir. Namun investor menilai ada lagi kenaikan bunga setelah Presiden ECB Jean-Claude Trichet menyebutkan kebijakan moneter "berada di sisi akomodatif". "Kendati adanya volatilitas di pasar uang, kami rasa data yang amat negatif perlu untuk menjaga agar bank sentral tidak menaikkan ke 4 persen," penuturan analis UniCredit, Aurelio Maccario dan Marco Valli dalam sebuah catatan.

ECB akan merilis bulletin bulanannya pekan ini namun ini diperkirakan akan menambah sedikit komentar Trichet di hari Kamis. Trichet akan mengadakan konferensi berita di hari Senin setelah pertemuan petinggi penting bank sentral pada Bank for International Settlements. Pejabat lain ECB termasuk Axel Weber dan Lorenzo Bini Smaghi juga akan pidato minggu ini. Keduanya Swiss National Bank dan Norges Bank diperkirakan akan menaikkan bunga 25 basis poin di hari Kamis.
Sepekan Saham Asia – Pasar Kemungkinan Tetap Mengalami Volatilitas
Langkah pasar saham Asia yang bergerak bolak-balik menunggu investor karena kekhawatiran pada kelanjutan kenaikan pasar global yang terus membayangi kepercayaan. Yen akhir-akhir ini melemah, mengurangi kekhawatiran investor kemungkinan meningkatkan pelepasan carry trades, dimana mereka menjual mata uang dengan yield rendah seperti yen untuk membeli yield lebih tinggi – dan seringkali aset yang lebih beresiko. Rebound selama empat hari juga menolong saham Asia Pasifik MSCI pulih setengah dari kerugian selama kekacauan pasar global yang dipicu penurunan terbesar dalam satu decade untuk saham Cina pada 27 Feb.

Sementara prospek jangka panjang masih positip, dengan pertumbuhan global yang sehat dan pendapatan korporat terangkat, analis mengatakan pasar masih belum keluar dari jalurnya. "Dalam tiga minggu sampai empat minggu kedepan, kami kemungkinan memperkirakan volatilitas untuk masih tinggi dan volume perdagangan tetap tinggi," kata Jing Ulrich, direktur managing dan Kepala Saham Cina di JPMorgan. "Koreksi kemungkinan lebih dari hitungan minggu, namun Saya kira pasar tidak akan melanjutkan penurunan setiap per hari. Karena valuasi masih cukup menarik, akan ada pembeli yang masuk pasar." Pasar akan diuji lebih awal minggu ini karena investor di Asia menanggapi pengaruh data non payrolls 9 Maret.

Di Jepang : Saham kemungkinan menciptakan gain datar pada minggu mendatang, dan kemungkinan revisi naik untuk gross domestic product (GDP) Oktober kemungkinan mendukung pasar. Yumi Nishimura, manager di seksi penasihat invetasi di Daiwa Securities SMBC Co. Ltd., mengatakan pasar akan sangat memperhatikan revisi GDP. Level mata uang kemungkinan juga menjadi fokus, katanya. "Jika revisi GDP seperti yang diperkirakan, pasar kemungkinan masih kuat," katanya. "Kecuali nilai tukar valuta bergerak tajam, investor akan memiliki cukup waktu untuk melihat angka pendapatan dan membuat keputusan."

Di Korea : Saham Seoul kemungkinan menghadapi periode volatilitas, dengan investor terus bereaksi pada pasar global seiring dengan penurunan akhir-akhir ini dan dengan persepsi prospek ekonomi AS kemungkinan berperan. Meskipun analis memperhatikan hal terburuk dari aksi jual besar-besaran yang tampaknya berakhir, saham Korea Selatan kemungkinan sulit untuk kembali ke level rekornya yang mereka raih di akhir Pebruari. "Pasar mencetak gain beberapa hari namun masih ada kekhawatiran kondisi gain yang terlalu kuat," kata Park Suk-hyun, analis di Kyobo Securities. "Beberapa resiko seperti pasar Cina telah pudar, namun masih ada kekhawatiran pada ekonomi AS."

Di Hong Kong : Investor akan tetap memperhatikan mata uang Jepang, setelah keluarnya carry trades yen dianggap penyebab volatilitas akhir-akhir ini pada saham gobal. Yen melemah pada akhir pekan, implikasi lepasnya carry trade kemungkinan melambat. "Setelah fluktuasi selama dua pekan lalu, pasar akan bergerak konsolidasi," kata Linus Yip, strategist di First Shanghai Securities, yang menambahkan bahwa blue chip kemungkinan tertahan antara 18,800 dan 19,400 poin.

Bunga Lebih Tinggi Tidak Akan Menghambat Carry Trade
Yen kemungkinan melemah lagi sebesar 3 persen terhadap dollar sampai Juni karena kenaikan suku bunga Jepang tidak sanggup menghentikan investor yang meminjam dana untuk membeli aset dengan yield yang lebih tinggi, kata Nomura Securities Co. Mata uang kemungkinan melemah ke 124 per dollar karena apa yang sebut carry trade benar-benar eksis, kata Daisaku Ueno, diakui sebagai analis terbaik oleh ``majalah Weekly Economist Jepang'' di Oktober. Yen kemarin melemah terhadap 16 mata uang teraktif setelah bank sentral menaikkan bunga seperempat poin menjadi 0.5 persen dan mengatakan kenaikan lanjutannya akan bertahap. Suku bunga Jepang terendah di negara maju, dengan bunga pinjaman di Swiss hampir 2 persen, pemodal lain untuk carry trades.

No comments: